Pages

Friday, August 24, 2018

Hacker Peras Para Pecandu Porno Hingga Rp 7,3 miliar

Peretas menggunakan kata sandi yang tak terpakai untuk bisa masuk ke semua akun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi anda yang memiliki dosa masa lalu, berupa akun situs porno berbayar atau hanya hobi menonton dengan laptop maka berhati-hatilah. Hal ini karena para hacker atau peretas mampu memeras seseorang dengan kata sandi akun tersebut dan kemudian meminta tebusan bitcoin. 

Para penipu cyber mendapat sekitar 500 ribu dolar AS atau Rp 7,3 miliar dari email yang disebut 'sextortion'. Banyak orang melaporkan menerima pesan tersebut Agustus ini yang menyertakan kata sandi yang digunakan di masa lalu dan pengirim mengklaim telah meretas webcam target untuk merekam mereka menonton film porno dan melakukan hal-hal buruk.

Pengirim kemudian akan menginstruksikan penerima untuk membayar, atau mereka akan membuat video untuk keluarga dan teman-teman mereka. Para ahli cybersecurity mengatakan para peretas mampu menghasilkan uang yang sangat besar, meskipun mereka berusaha semaksimal mungkin.

"Apa yang mengkhawatirkan adalah bahwa scammers dapat menyedot 500 ribu dolar AS dari dump kata sandi lama, dengan sedikit usaha," kata Suman Kar, CEO perusahaan keamanan cyber Banbreach, kepada Motherboard seperti dilansir dari laman Daily Mail, Jumat (25/8).

Banbreach memeriksa 770 dompet digital dan menemukan bahwa sekitar 230 telah mencatat lebih dari 1.000 transaksi, menerima sekitar 70,8 bitcoin. Jumlah ini sekitar 457.583 dolar AS.

Perusahaan memperoleh alamat bitcoin yang berbeda dari komentar pada artikel serta laporan konsumen dari India. Banbreach percaya bahwa kata sandi yang digunakan dalam penipuan berasal dari peretasan LinkedIn, tapi tidak sepenuhnya jelas.

Jurnalis cybersecurity Brian Krebs adalah yang pertama melaporkan email sextortion, merinci penipuan di blog KrebsOnSecurity . Setiap pesan mengikuti skrip yang sama, dimulai dengan klaim: 'Saya sadar bahwa XXXXX adalah kata sandi Anda.'

Kemudian mengatakan pengirim memasang malware di situs porno dan menggunakannya untuk mengakses perangkat dan informasi pengunjung, termasuk tampilan layar, webcam, kontak Messenger, Facebook, dan akun email. Mereka  mengklaim scammer 'membuat video layar terpisah,' dari aktivitas intim pengguna.

Pakar keamanan sekali lagi memperingatkan pengguna untuk mengambil tindakan pencegahan agar mereka tetap aman saat online, termasuk dengan mematikan atau memblokir web cams saat tidak digunakan.

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2MLCKX0

No comments:

Post a Comment